Kamis, 13 Juni 2013

Makalah Keterbatasan Indera Manusia



A.     PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk yang dilahirkan paling sempurna. Manusia memiliki kemampuan kognitif untuk memproses informasi yang diperoleh dari lingkungan di sekelilingnya melalui indera yang dimilikinya, membuat persepsi terhadap apa-apa yang dilihat atau dirabanya, serta berfikir untuk memutuskan aksi apa yang hendak dilakukan untuk mengatasi keadaan yang dihadapinya. Hal-hal yang dapat mempengaruhi kemampuan kognitif pada manusia meliputi tingkat intelejensi, kondisi fisik, serta kecepatan dalam memproses informasi pada manusia. Bila kecepatan sistem proses informasi terganggu, maka akan berpengaruh pada reaksi manusia dalam mengatasi berbagai kondisi yang dihadapi.[1] Manusia memiliki 5 alat indera yang memiliki fungsi yang berbeda, namun permasalahan yang akan kita bahas disini adalah keterbatasan indera manusia dalam mengaplikasikan fungsi masing-masing dan akibat dari keterbatasan indera manusia itu sendiri.
Keterbatasan indera yang terjadi bukanlah karena disengaja oleh setiap orang, tetapi itu semua adalah ketetapan tuhan yang bisa dijadikan pembelajaran atau pengetahuan yang bermanfaat. Keterbatasan indera manusia inilah yang membuat orang dapat memiliki berbagai pendapat dalam menjalankan kehidupan sehari-sehari. Dari semua materi yang akan kita bahas sangat berkaitan dengan kejadian di masyarakat. Akibat keterbatasan alat indera kita, maka  mungkin saja timbul salah informasi, salah tafsir atau salah pemikiran.[2] Mitos juga termasuk bagian dari penyebab keterbatasan indera manusia.




B.     DIMENSI PENGINDERAAN
Alat indera diantara manusia berbeda-beda dimensinya. Ada yang tajam penglihatannya, ada pula yang tidak. Ada yang tajam penciumannya, ada pula yang lemah.[3]
Pengalaman inderawi: pengalaman inderawi (sensori experience) tergantung dari sifat-sifat diterima rangsang sehingga kita mempunyai pengalaman inderawi yang dapat kita paparkan dalam suatu bentangan kuat-lemah, lama-sebentar, kasar-halus, panas-dingin, dan sebagainya. Bentangan sifat-sifat seperti itulah yang disebut dimensi penginderaan. Ada 4 dimensi penginderaan, yaitu:
1.        Intensitas: kuat-lemahnya penginderaan suatu rangsang tertentu. Kita dapat membedakan cahaya kuat dan lemah. Intensitas penginderaan kita jumpai pada semua indera.
2.        Ekstensitas: penghayatan terhadap tebal-tipis, luas-sempit, besar-kecil, dan lain-lain.
3.        Lamanya: penginderaan dapat berlangsung lama atau sebentar.
4.        Kualitas: kita dapat membedakan kualitas rangsang, misalnya nada atau sam beratnya mungkin tidak dapat kita warna.[4]
C.     ALAT- ALAT INDERA
Alat-alat indera adalah bagian-bagian tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsangan sesuai dengan modalitas masing-masing. Alat indera manusia ada 5, yakni mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit. Mata dan telinga dianggap sebagai higher senses karena memberikan informasi inderawi yang lebih kaya di bandingkan hidung, lidah dan permukaan kulit (lower senses).[5] Khusus untuk alat indera penciuman dan pengecap, bau dan rasa tidak dapat memastikan benda yang dikecap maupun yang diciumnya.[6]
Berikut alat-alat indera pada manusia beserta penjelasannya.
1.        Mata
Mata adalah alat indera yang indera yang digunakan untuk indera pengelihatan. Pada mata terdapar dua saraf, yaitu conus (berbentuk kerucut) dan bacillus (berbentuk batang). Keduanya saraf ini pekak terhadap cahaya dan terletak pada retina mata, perbedaan hanya pada penerimaannya. Bacillus sangat sensitif , sedang conus kurang sensitif. Bacillus peka terhadap cahaya remang-remang, sedang conus peka terhadap cahaya yang kuat (conus membutuhkan intensitas 1000 kali lebih kuat dari rangsangan yang diterima bacillus).
Dalam penginderaan warna ada dua sistem, yaitu sistem akromatis (hitam putih) dan kromatis (berwarna). Kromatis mengenal 4 warna dasar, yaitu: merah, kuning, hijau, dan biru. Sedang akromatis mengenal perbedaan 3 sistem sebagai pembeda sepasang warna (trikromat), ketiga sitem tersebut ialah sistem terang-gelap, sistem kuning-biru. Sistem merah-hijau.
2.        Telinga
Telinga adalah alat indera yang digunakan untuk indera pendengaran. Telinga dengan segala perlengkapan didalamnya, terutama gendang telinga (memeran timpani) denngan saraf-saraf reseptor getaran telinga bagian dalam (cochlea). Rangsangan yang sesuai untuk indera ini adalah getaran-getaran undara, perubahan-perubahan dalam tekanan udara. Bila getaran-getaran tersebut teratur dan periodik, maka akan terdengar nada. Tetapi, jika getaran-getaran tersebut tidak teratur akan terjadi desah.
3.        Hidung
Hidung adalah alat indera yang digunakan untuk indera penciuman. Hidung dan saraf-saraf reseptornya. Rangsang yang sesuai untuk indera ini adalah zat-zat kimiawi yang berbentuk gas.

4.        Lidah
Lidah adalah alat indera yang digunakan untuk indera pengecap. Lidah dengan saraf-saraf reseptor pada papila-papila rasa diatas dan disekeliling lidah. Rangsangan yang sesuai denagn indera indera ini adalah cairan kimiawi.

5.        Kulit
Kulit adalah alat indera yang digunakan untuk indera perasa/peraba. Alat-alat indera tidak terbatas pada permukaan kulit pada reseptor-reseptornya, tetapi juga menyangkut alat-alat yang peka terhadap orientasi dan keseimbangan. Oleh karena itu, rangsangan yang sesuai untuk indera ini juga bermacam-macam. Kulit berfungsi memberikan informasi tentang kualitas lingkungan. Oleh karena itu, kulit mempunyai berbagai reseptor yang terdapat pada titik-titik permukaan kulit, yaitu titik-titik tekanan, nyeri, panas, dingin.[7]
D.     KETERBATASAN ALAT INDERA
1.        Alat pengelihatan
Banyak benda yang bergerak dengan cepat sehingga tak tampak jelas oleh mata. Mata tak dapat membedakan 10 gambar dalam satu detik jika ukuran partikel terlalu kecil. Demikian juga, jika benda yang dilihat terlalu jauh, mata tak mampu melihatnya.
2.        Alat pendengaran
Pendengaran manusia terbatas pada getaran yang mempunyai frekuensi dari 30 sampai 30.000 per detik. Getaran dibawah 30 atau di atas 30.000 per detik tak dapat terdengar oleh telinga manusia. Telinga manusia hanya dapat mengenali sejumlah suara terbatas yang timbul secara serentak (simultan).
3.        Alat pengecap
Manusia hanya dapat membedakan 4 jenis rasa, yaitu manis, asam, asin, dan pahit. Indera ini sangat berkaitan dengan indera penciuman. Orang yang penciuman tidak berfungsi (anosmia), sering kali merasakan masakan yang ia makan hambar.[8]
4.        Alat Penciuman
Bau seperti parfum dan lainnya dapat tercium oleh hidung kita bila konsentrasinya di udara lebih dari sepersepuluh juta bagian. Melalui bau, manusia dapat membedakan satu benda dengan benda lainnya.
5.        Alat perasa
Alat perasa pada pada kulit manusia dapat membedakan panas atau dingin. Namun, ini sangat relatif sehingga tidak dapat dipakai sebagai alat obseervasi yang tepat. Manusia juga memiliki penginderaan dalam (deep sensibility) misal penginderaan otot dan sendi maupun penginderaan statis dan keseimbangan. Manusia mempunyai perbedaan yang sangat besar dalam memperkirakan berat, jarak dan arah antara satu dengan yang lain.[9]
E.     KESIMPULAN DAN PENUTUP
Keterbatasan indera manusia adalah kemampuan alat indera manusia dalam menerima informasi dari suatu objek. Apabila kemampuan indera manusia tidak terbatas, tentu akan mengganggu aktifitqas keseharian dari mnusia. Kemampuan indera masing-masing manusia itu menyebabkan perbedaan persepsi, yang dimana persepsi itu ialah pemikiran yang diungkapkan tentang pengalaman terhadap suatu benda ataupun suatu kejadian yang dialami, seperti mengatakan bahwa jika pelangi muncul maka itu adalah selendang bidadari, itu adalah mitos yang disebabkan oleh keterbatasan indera mausia dan juga belum adanya pengetahuan tetang benda tersebut.




DAFTAR PUSTAKA

Mawardi., Nur Hidayati. 2000. Ilmu Alamiah Dasar; Ilmu Sosial Dasar; Ilmu Budaya Dasar (untuk UIN, STAIN, PTAIS). Cetakan keenam. Bandung: Pustaka Setia
Notowidagdo, Rohiman. 2000. Ilmu Budaya Dasar: Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits. Cetakan ketiga. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Rajabi, Mahmoud. 2006. Horison Manusia. Jakarta: Al-Huda
Shaleh, Abdul Rahman. 2008. Psikologi: Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam.             cetakan ketiga. Jakarta: Kencana



[2] Mawardi., Nur Hidayat, Ilmu Alamiah Dasar; Ilmu Sosial Dasar; Ilmu Budaya Dasar: untuk UIN, STAIN, PTAIS, (Bandung: Pusataka Setia), hal. 14
[3]Ibid, hal. 14
[4] Abdul Rahman Shaleh, psikologi (suatu pengantar dalam perspektif islam), (Jakarta: KENCANA, 2008), hal.99
[5] Ibid, hal. 101
[6] Mawardi., Nur Hidayat, Ilmu Alamiah Dasar; Ilmu Sosial Dasar; Ilmu Budaya Dasar: untuk UIN, STAIN, PTAIS, (Bandung: Pustaka Setia), hal. 14
[7] Abdul Rahman Shaleh, psikologi (Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam), (Jakarta: KENCANA, 2008), hal.101-109
[8] Ibid, hal. 109
[9] Mawardi., Nur Hidayat, Ilmu Alamiah Dasar; Ilmu Sosial Dasar; Ilmu Budaya Dasar: untuk UIN, STAIN, PTAIS, (Bandung: Pusataka Setia), hal. 13-14

1 komentar:

  1. This is the most interesting information and fit obat hidrokel into our topic. bahaya penyakit amandel I want to share it with my friends Obat Amandel Herbal Thankyou for QNC Jelly Gamat

    BalasHapus